tulisan sofskill sistem informasi psikologi(konsultasi IQ)tiara yanuar asti,11509616,4PA07

KONSELING INTELEGENSI (IQ)
Manusia diciptakan dan dengan dilengkapi dengan kecerdasan yang memiliki kemampuan luar biasa, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain dan kec erdasan sebagai suatu kemampuan ini pulalah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dimuka bumi ini, dengan kec erdasan ini pula manusia dapat menjalani kehidupan yang dinamis dan beadab.
Adapun kecerdasan atu inteligensi manusia mempunyai implikasi sebagai suatu kemampuan adalah sbb :
1. Kemampuan mengklasifikasi pola – pola objek
Seorang yang normal adalah orang yang mampu dalam mengklasifikasikan stimulasi-stimulasi yang tidak identik ke dalam satu kelas atau rumpun
2. Kemampuan beradaptasi (kemampuan belajar)
Kemampuan beradaptasi merupakan suatu kemampuan yang harus manusia miliki dalam kehidupannya dan kemampuan beradaptasi ini menentukan inteligensi atau kecerdasan seseorang apakah inteligensinya tinggi atau rendah
3. Kemampuan menalar secara deduktif
Yaitu kemampuan menalar atau melogikan sesuatu dari kesimpulan menjadi paparan yang detail
4. Kemampuan menalar secara induktif
Yakni kemampuan penalaran atau melogikakan sesuatu yang berupa paparan atau penjelasan menjadi suatu kesimpulan yang mewakili

5. Kemampuan mengembangkan konsep
Yaitu kemampuan seseorang memahami suatu c ara kerja objek atau fungsinya dan kemampuannya bagaimana menginterpretasikan suatu kejadian
6. Kemampuan memahami
Kemampuan memahami adalah kemampuan seseorang dalam melihat adanya hubungan atau relasi didalam suatu masalah dan kegunaan – kegunaan hubungannya bagi pemecahan masalah tersebut.
Pengertian Intelegensi
I. Pengertian Intelegensi Secara Etimologis
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin,yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.
Asesmen (pemeriksaan) psikologis untuk memberikan gambaran potensi yang dimiliki individu yaitu intelegensi, bakat, minat serta kepribadian. Pemeriksaan psikologis tersebut dapat disajikan secara individual maupun klasikal.
1. Psikotes bagi siswa/siswi : Acuan arah pendidikan (penjurusan) serta sebagai prediktor yang mendukung kesuksesan di masa mendatang.
2. Psikotes bagi organisasi : Memperoleh kandidat sesuai dengan kualifikasi kompetensi & kebutuhan organisasi.
3. Evaluasi psikologis : Menggunakan metode asesmen multimethod untuk mengevaluasi potensi karyawan dengan tujuan untuk pengembangan diri secara efektif.
4. Dalam penanganan kasus klinis bertujuan untuk penegakan diagnosa sehingga dapat ditangani secara tepat dan efektif.

Masih banyak defenisi lain mengenai kecerdasan/intelegensi oleh para ahli psikologi yang berbeda satu sama lain, tergantung darimana ahli itu memandang intelegensi. Teori-teori intelegensi yang berbeda ini membuat tes intelegensi juga sangat beragam. Penggunaannya tergantung pada kebutuhan apa yang hendak diukur, disesuaikan dengan jenis pekerjaan/aktivitas yang akan dibebankan. Tetapi pada umumnya, tes intelegensi mengukur hal-hal seperti di bawah ini:
1) Linguistik verbal, yaitu kemampuan untuk membaca dan menulis
2) Numerik, yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan angka atau matematika
3) Spasial, yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan kreativitas seperti kesenian, desain, pengenalan pola, peta dan lain-lain.
4) Kecerdasan fisik, yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan kemapuan fisik seperti olahraga.
5) Lingkungan/natural, yaitu kecerdasan yang dimiliki oleh orang yang mampu berhubungan dengan alam seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang.
6) Interpersonal, yaitu kecerdasan yang dimiliki oleh orang yang mampu berbicara dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
7) Intrapersonal, yaitu kecerdasan mengelolah emosi (emotional intelligence), kemampuan seseorang untuk mengendalikan dan mengatur dirinya sendiri.
8) Kecerdasan musical, adalah kecerdasan pada seni musik mencipta, merasa, dan memahami pesan dari sebuah musik.
Belum ada alat tes intelegensi yang dapat mengukur semua aspek diatas, karena sifatnya yang terlalu luas, juga penggunaan tes intelegensi hanya mengharapkan seseorang unggul pada aspek-aspek yang diinginkan.
C. Menghitung dan Mengklasifikasikan Inteligensi
Salah satu cara yang sering digunakan untuk menyatakan tinggi rendahnya inteligensi adalah dengan menerjemahkan hasil tes inteligensi ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan seseorang bila dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma. Secara tradisional, angka normatif dari hasil tes inteligensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient) dan diberi nama intelligence quotient(IQ). Walaupun demikian, tidak semua tes inteligensi akan menghasilkan angka IQ karena IQ bukan satu-satunya cara untuk menyatakan tingkat kecerdasan seseorang. Beberapa tes inteligensi bahkan tidak menghasilkan IQ, tetapi memberikan klasifikasi tingkat inteligensi, seperti Level III yang berarti klasifikasi inteligensi normal. Istilah IQ diperkenalkan pertama kali pada tahun 1912 oleh seorang psikolog Jerman, William Stern. Kemudian ketika pada tahun 1916, L.M. Terman menerbitkan edisi revisi tes Binet, istilah IQ mulai digunakan secara resmi untuk yang pertama kali. Sewaktu pertama kali digunakan secara resmi, angka IQ dihitung dari hasil tes inteligensi Binet, yaitu dengan membandingkan skor tes yang diperoleh seorang individu dengan usia individu tersebut. Pada waktu itu, perhitungan IQ dilakukan dengan menggunakan rumus:
IQ = (MA/CA) x 100
Keterangan:
MA = Mental Age(usia mental)
CA = Chronological Age(usia kronologis)
100 = Angka konstan untuk menghindari bilangan desimal
Istilah usia mental dikemukakan untuk pertama kalinya bersamaan dengan perumusan perhitungan IQ di atas. Pada masa tersebut, rumus IQ digunakan untuk menentukan tingkat inteligensi seseorang berdasarkan hasil tes inteligensi Binet. Sebenarnya usia mental merupakan suatu norma pembanding, yaitu norma performansi pada kelompok usia tertentu. Misalkan anak yang berusia delapan tahun sebagian besar di antara mereka mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 soal dalam tes, mak skor 24 tersebut dijadikan norma untuk kelompok anak-anak usia delapan tahun, dan disebut usia mental delapan tahun. Bila seorang anak, dalam mengerjakan tes yang sama, mampu menjawab 24 soal dengan benar, maka ia dikatakan sebagai mempunyai usia mental delapan tahun, sekalipun usia kronologisnya baru tujuh tahun. Adapun usia kronologis adalah usia anak sejak dilahirkan yang dinyatakan dalam satuan tahun atau dalam satuan bulan.
a. Batasan Rasio MA/CA
Gagasan pokok dalam perumusan rasio MA/CA adalah perbandingan relatif antara usia kronologis dengan usia mental yang telah ditentukan berdasar rata-rata skor pada kelompok usia tersebut. Seorang yang berinteligensi normal, diharapkan pada usia lima tahun akan mencapai usia mental lima tahun, pada usia tujuh tahun akan mencapai usia mental tujuh tahun, dan seterusnya. Ternyata, hubungan seperti disebutkan di atas tidaklah selalu ditemui dalam kenyataannya. Setelah memasuki usia remaja akhir, usia mental seseorang rupanya tidak lagi banyak berubah, bahkan cenderung menurun. Rata-rata skor tes yang diperoleh individu berusia 40 tahun relatif sama dengan rata-rata skor sewaktu ia masih berusia 15 tahun, dan karenanya tidaklah layak untuk mengatakannya mencapai usia mental 40 tahun. Di sisi lain, usia kronologis seseorang terus saja bertambah dari waktu ke waktu. Dengan demikian, apabila tes dilakukan dengan membandingkan MA dan CA, maka angka IQ yang diperoleh akan semakin mengecil sejalan dengan bertambahnya usia kronologis. Hal itu memberikan kesan bahwa semakin tua seseorang akan, maka IQ-nya akan semakin menurun. Padahal hal tersebut tidaklah logis dan tidak sesuai dengan kenyataan. Karena itu, perhitungan IQ dengan menggunakan perbandingan MA dan CA tidak dapat dilanjutkan lagi.
b. Perumusan IQ Deviasi
Dengan adanya kelemahan penggunaan rasio MA/CA untuk menghitung IQ, maka David Wechsler memperkenalkan konsep penghitungan IQ yang disebut IQ-Deviasi. IQ-Deviasi tidak ditentukan berdasarkan perbandingan MA/CA, akan tetapi dihitung berdasarkan norma kelompok (mean) dan dinyatakan dalam besarnya penyimpangan (deviasi standar) dari norma kelompok tersebut. Dalam statistika, angka yang dinyatakan dalam satuan deviasi standar disebut skor standar dan dirumuskan sebagai:
Skor Standar = m + s {(X-M)/sx}
Keterangan:
m = mean skor standar yang diinginkan
s = deviasi standar yang diinginkan
X = skor mentah yang akan dikonversikan
M = mean distribusi skor mentah yang diperoleh
sx = deviasi standar skor mentah yang diperoleh
Sebagai catatan, mean IQ selama ini ditetapkan sebesar 100. Hal ini merupakan kebiasaan tradisional para ahli tes inteligensi selama berpuluh-puluh tahun dalam menafsirkan IQ sebesar 100 sebagai tanda tingkat inteligensi normal. Wechsler sendiri menggunakan mean sebesar 100 dan deviasi standar sebesar 15 untuk menghitung IQ yang diperoleh dari tes WAIS dan WISC, sedangkan tes Stanford-Binet, sejak edisi revisi tahun 1960, menggunakan meansebesar 100 dan deviasi standar sebesar 16.
c. Distribusi IQ dan Klasifikasi Inteligensi
Sebagaimana karakteristik fisik dan karakteristik psikologis yang lain, dalam suatu populasi yang besar, distribusi angka IQ akan mengikuti suatu model sebaran normal yang berbentuk genta/lonceng simetris, di mana mean terletak di tengah sumbu, angka-angka yang lebih kecil dari meanterletak di sebelah kiri, dan angka-angka yang lebih besar dari mean terletak di sebelah kanan. Hal itu terjadi sesuai dengan deskripsi matematis Quatelet mengenai kurva lonceng yang dijadikan landasan oleh Galton, pada tahun 1869, untuk menyatakan bahwa setiap sifat yang terjadi secara alamiah akan mempunyai satu meandan satu distribusi normal terhadap meantersebut.
Implikasi model distribusi normal ini terhadap tingkat inteligensi adalah bahwa persentase terbesar populasi akan memiliki IQ di sekitar mean(100), yaitu di antara angka 90 dan 110. Semakin jauh ke arah kiri (IQ semakin rendah) dan semakin jauh ke arah kanan (IQ semakin tinggi), persentase populasi yang ada akan semakin kecil. Artinya, persentase orang yang mempunyai IQ yang tinggi sekali akan sama kecilnya dengan persentase orang yang memiliki IQ rendah sekali.
Hal tersebut telah terbukti kebenarannya dari data yang diperoleh oleh Terman dan Merril pada tahun 1937. Data tersebut berasal dari 3184 subyek yang digunakan untuk standardisasi tes Stanford-Binet. Distribusi data tersebut tampak dalam tabel berikut:
IQ PERSENTASE KLASIFIKASI
160 – 169 0,03 Sangat Superior
150 – 159 0,20
140 – 149 1,10
130 – 139 3,10 Superior
120 – 129 8,20
110 – 119 18,10 Rata-rata Tinggi
100 – 109 23,50 Rata-rata Normal
90 – 99 23,00
80 – 89 14,50 Rata-rata Rendah
70 – 79 5,60 Batas Lemah
60 – 69 2,00 Lemah Mental
50 – 59 0,40
40 – 49 0,20
30 – 39 0,03
Normalitas distribusi skor tes inteligensi juga diperlihatkan oleh hasil pelancaran skala WAIS-R, pada tahun 1981, sebagaimana tampak dalam tabel di bawah ini. Dalam tabel tersebut dapat dibandingkan distribusi persentase teoretis bagi masing-masing kelompok IQ dengan distribusi persentase yang diperoleh dari sampel nyata.
IQ PERSENTASE KLASIFIKASI
Teoretis Sampel Nyata
≥ 130 2,2 2,6 Sangat Superior
120 – 129 6,7 6,9 Superior
110 – 119 16,1 16,6 Di Atas Rata-rata
90 – 109 50,0 49,1 Rata-rata
80 – 89 16,1 16,1 Di Bawah Rata-rata
70 – 79 6,7 6,4 Batas Lemah
≤ 69 2,2 2,3 Lemah Mental
Gambaran distribusi IQ demikian diharapkan juga dapat berlaku pada populasi subyek yang lain di mana saja, asalkan bukan merupakan kelompok khusus atau kelompok pilihan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi terhadap Bimbingan
Konseling tentang Karier
Ada dua faktor :
a. Faktor-faktor yang bersumber dari individu

1) Kemampuan intelegensi
Anita E Woolfork (1995) mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama
intelegensi. Meliputi 3 pengertian yaitu ). Kemampuan untuk belajar, 2).
Keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan 3). Kemampuan untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Selanjutnya Woolfolk mengemukakan
intelegensi itu merupakan salah satu atau beberapa kemampuan untuk
memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam memecahkan masalah
dan beradaptasi dengan lingkungan.

2) Bakat
Bakat merupakan suatu kondiri, suatu kualitas yang dimiliki individu
yang memungkinkan individu itu untuk berkembang pada masa
mendatang.

3) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal
atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.

4) Sikap
Sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta
menentukan apa yang dicari dalam kehidupan.

5) Kepribadian
Kepribadian diartikan sebagai suatu organisasi yang dinamis didalam
individu dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan penyesuaianpenyesuaian
yang unik terhadap lingkungannya.

6) Nilai
Merupakan hal-hal yang penting atau berguna bagi manusia.

7) Hobi / Kegemaran
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu-individu karena kegiatankegiatan
tersebut merupakan kegemaran atau kesukaannya.

8) Prestasi
Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang
ditekuninya oleh individu berpengaruh terhadap arah pilihan jabatan di
kemudian hari, instrument pengukuran prestasi belajar siswa biasanya
tes buatan guru.

9) Keterampilan
Keterampilan yang dapat pula diartikan cakap atau cekatan dalam
mengerjakan sesuatu.

10) Penggunaan waktu senggang
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar jam pelajaran
sekolah digunakan untuk menunjang hobinya atau untuk rekreasi.

11)Aspirasi dan pengetahuan sekolah atau pendidikan sambungan
Aspirasi dengan pendidikan sambungan yang diinginkan yang berkaitan
dengan perwujudan dari cita-citanya.

12) Pengalaman kerja
Pengalaman kerja yang pernah dialami siswa pada waktu duduk di
sekolah atau di luar sekolah.
13) Pengetahuan tentang dunia kerja
Pengetahuan yang sementara ini dimilkiki anak, tentang dunia kerja,
persyaratan, kualifikasi, jabatan structural, gaji yang diterima, hak dan
kewajiban, tempat pekerjaan itu berada dan lain-lain.
14) Kemampuan dan keterbatasan fisik dan penampilan lahiriah
Kemampuan fisik misalnya tentang badan yang kekar, tinggi, dan
tampan, badan kurus, pendek dan lain-lain.
15) Masalah dan keterbatasan pribadi
Masalah atau problem dari aspek diri sendiri ialah selalu ada
kecenderungan yang bertentangan apabila menghadapi masalah tertentu
sehingga mereka merasa tidak senang, benci, takut dan bingung apa
yang harus dikerjakan.
b. Faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap pola arah jabatan
Disini ada dua faktor yaitu faktor kelompok primer dan sekunder.
1) Kelompok primer
Kelompok yang erat hubungannya dengan individu yang berpengaruh
terhadap arah pilih jabatan diantaranya :
a) Jenis pekerjaan dan penghasilan orang tua
b) Pendidikan tertinggi orang tua
c) Tempat tinggal orang tua
d) Status sosial ekonimi orang tua
e) Agama dan kepercayaan orang tua
f) Keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal orang tua
g) Harapan orang tua terhadap pendidikan anak.
i) Pekerjaan yang didambakan dan dicita-citakan orang tua terhadap
anaknya
j) Kedudukan dan peranan anak dalam keluarga
k) Hubungan dan sikap saudaranya terhadap anak
l) Nilai-nilai serta norma yang dimiliki dan dianut orang tua
2) Kelompok sekunder
Kelompok sekunder didasarkan atas kepentingan-kepentingan tertentu
yang mewarnai aktivitas gerak-gerik kelompok-kelompok yang
berpengaruh terhadap arah pilih jabatan anak diantaranya :
a) Keadaan teman-teman sebayanya
b) Sifat dan sikap teman-teman sebayanya
c) Tujuan dan nilai-nilai kelompok teman sebaya

ANALISA
Analisa adalah suatu proses atas penyelidikan sesuatu untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (Sumber : Kamus Besar), dalam hal ini adalah menganalisa sidik jari seseorang. Mengapa sidik jari seseorang perlu dianalisa ? Pertama, karena sidik jari manusia sangatlah unik sebagaimana keunikan manusia itu sendiri. Setiap sidik jari seseorang berbeda dengan sidik jari orang yang lainnya, bahkan orang kembar sekalipun tidak memiliki sidik jari yang sama. Betapa agungnya sang pencipta dalam menciptakan sidik jari yang berbeda-beda. Kedua, sudah sejak zaman dahulu kala, sidik jari seseorang digunakan sebagai database oleh dunia kepolisian sebagai sarana identifikasi identitas seseorang. Ketiga, digunakan sebagai bukti legal dan identitas sah yang dibubuhkan dalam selembar surat tanda tamat belajar atau ijazah seseorang. Keempat, digunakan dalam proses pembuatan paspor seseorang yang akan bepergian antar negara. Kelima, sidik jari digunakan sebagai media untuk mengetahui bakat atau talenta seseorang. Tidak menutup kemungkinan analisa sidik jari pada zaman berikutnya akan berkembang dalam aspek kepentingan yang lainnya.
TALENTA
Talenta adalah pembawaan seorang sejak lahir, bakat (Sumber : Kamus Besar). Karena talenta pembawaan dari lahir maka, seseorang tidak bisa memilih suka atau tidak suka. Ia telah terbentuk dengan sendirinya. Ibarat komputer, terlahir lengkap dengan di install secara sempurna dan siap untuk dioperasikan dengan baik dan maksimal. Kelahiran manusia pun seperti komputer yang sudah di-install dengan program MS-word, Excel, PowerPoint, dan CorellDraw. Apakah keunggulan kita dalam berkata-kata (kecerdasan linguistik) seperti dalam program MS-Word ? Apakah dalam berhitung (kecerdasan logic-matemathic) seperti dalam program Excel ? Apakah dalam menggambar (kecerdasan visual spasial) seperti dalam CorellDraw ? Setiap orang memiliki semua talenta yang dibutuhkan dalam menopang eksistensinya, hanya saja dominasi keunggulannya berbeda-beda. Tidak semua orang ahli bermusik, tidak semua orang ahli dalam bidang matematika dan seterusnya. Dalam pembahasan ini penulis mengambil referensi talenta dari Prof. Howard Gardner, PhD., dari Havard University yang menyebutkan bahwa talenta seseorang itu bisa dikelompokkan dalam sembilan macam antara lain : Linguistic (Word Smart), Logic Matemethic (Logic Smart), Intrapersonal (Self Smart), Interpersonal (People Smart), Bodly Kinestethic (Body Smart), Visual Spatial (Picture Smart), Musical (Music Smart), Naturalits (Nature Smart), Existenstial (Existence Smart). Dimanakah talenta diri kita ? Bidang apakah talenta anak-anak kita ? Sudah tahukah kita terhadap talenta orang-orang yang dekat kepada kita ? Sudah mengertikah kita terhadap talenta dari orang-orang yang kita cinta ?
DMI
Dermatoglyphics Multiple Intelligence Assessment ( DMI ) adalah ILMU / METODA yang berbasis teknologi canggih (Statistika & Programa Komputer) guna membaca / mendeteksi PETA POTENSI DIRI melalui sidik jari (FINGERPRINTS) sebagai bentuk rasa syukur & ikhtiar manusia atas karunia TUHAN.
Analisa Talenta DMI ini bisa digunakan oleh anak usia 2 tahun sampai orang dewasa usia 90 tahun. Prosesnya melalui scan kesepuluh sidik jari tangan lebih kurang 10 menit saja dan tidak melalui tanya jawab serta tidak menjawab soal-soal tes. Sehingga anak tidak perlu merasa cemas dan capek saat ikut tes.
TUJUH MANFAAT PRAKTIS
1. Lebih percaya diri
2. Lebih efektif / efisien dalam mengejar dan menata prestasi / karir
3. Aktifitas sehari-hari lebih fokus dan terencana
4. Beban hidup terasa lebih ringan dan lebih pasti
5. Memudahkan mengambil keputusan untuk mencari pendidikan yang sesuai bagi anak-anak usia sekolah (pelajar dan mahasiswa)
6. Memudahkan mengambil keputusan untuk memilih bidang usaha / bisnis yang sesuai bagi para calon pengusaha
7. Rekrutment dan penempatan pegawai pada sebuah perusahaan / instansi (The right man on the right place)
DELAPAN MANFAAT KHUSUS
1. Mengetahui distribusi kecerdasan multiple intelligence (logic-matemathic; linguistic; intrapersonal; interpersonal; bodely-kinestethic; visual-spasial; musical; naturalist)
2. Mengetahui driven models seseorang
3. Mengetahui learning style
4. Mengetahui learning sensitivity
5. Mengetahui karakter komunikasi
6. Memantapkan pilihan karir dimasa depan
7. Mengetahui gaya manajemen kerja seseorang

SEMBILAN MANFAAT BAGI SEKOLAH :
1. Mengelompokkan siswa pada ”KELAS” berbasis KEPEKAAN BELAJAR (Rendah, Sedang, Tinggi)
2. Mengelompokkan siswa pada ”KEGIATAN BELAJAR” berbasis GAYA BELAJAR (Praktek/ Kinestetik, Membaca/ Visual, Diskusi/ Auditorial)
3. M Mengelompokkan siswa pada ”KEGIATAN EKSTRAKURIKULER” berbasis DELAPAN KECERDASAN (Linguistic (Word Smart), Logic Matemethic (Logic Smart), Intrapersonal (Self Smart), Interpersonal (People Smart), Bodly Kinestethic (Body Smart), Visual Spatial (Picture Smart), Musical (Music Smart), Naturalits (Nature Smart))
4. Melakukan PENDEKATAN KEPADA SISWA berbasis ”SIFAT KEPRIBADIAN” (Afektif, Kognitif, Reflektif, Kritikal)
5. Menerima dengan baik adanya beda potensi secara proporsional (MULTIPLE INTELLIGENCE bukan MONO INTELLIGENCE)
6. Lebih fokus dan efektif dalm proses pembelajaran & komunikasi
7. Mengimbangi ketidakpastian kurikulum
8. Mendekatkan PROSES PEMBELAJARAN dengan PROSES KEHIDUPAN di alam nyata (Realistis-Obyektif)
9. Berkeadilan dalam keberagaman (BHINEKA TUNGGAL IKA)
TIGA PROGRAM DMI ASSESSMENT :
1. FOR PRE SCHOOL :
1. BALITA (2 TH)
2. PLAY GROUP
3. TAMAN KANAK-KANAK
2. FOR STUDENT :
1. SD / MADRASAH IBTIDAYAH
2. SMP / MADRASAH TSANAWIYAH
3. SMA / SMK / MADRASAH ALIYAH
3. FOR GENERAL :
1. UNTUK PREPARE (PENSIUNAN, WISUDAWAN, MELAMAR PEKERJAAN & CALON PENGUSAHA)
2. FUNGSI PERSONALIA (REKRUTMEN, STAFFING, PROMOSI & MUTASI)
3. MAHASISWA (DIPLOMA; S-1;S-2;S-3), GURU, DOSEN, KARYAWAN, PIMPINAN
4. BIROKRAT (DINAS, DEPARTEMEN); POLITIKUS; PENGUSAHA; SENIMAN; AGAMAWAN; DLL
SEMBILAN KEUNGGULAN DMI :
1. BISA UNTUK SEMUA USIA ( 2 – 90 TAHUN)
2. PESERTA TIDAK CEMAS
3. CEPAT DAN AKURAT
4. FULL SYSTEM DAN OBYEKTIF
5. BERBASIS BIOPSIKOLOGI DAN BIOMETRI
6. SEKALI SEUMUR HIDUP
7. BISA UNTUK ANAK AUTIS , ANAK HIPERAKTIF DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS LAINNYA
8. MENDAPATKAN ENAM JENIS TES SEKALIGUS DAN DUA REKOMENDASI PENTING BAGI MASA DEPAN SESEORANG
9. MENDAPATKAN LAYANAN KONSULTASI PSIKOLOGI GRATIS SEUMUR HIDUP MELALUI CALL CENTRE ATAU DATANG LANGSUNG KE YOGYAKARTA
TUJUH KEUNGGULAN DMI DIBANDING TES BAKAT SIDIKJARI LAINNYA :
1. PUNYA HAK CIPTA , LEGAL FORMAL YANG DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SELAMA 50 TAHUN.
2. PERTAMA LEGAL DI INDONESIA. HATI-HATI DENGAN PRODUK ILLEGAL.
3. JARINGAN TERBESAR DI INDONESIA.
4. DATA BASE BIOMETRIK SIDIK JARI PALING LENGKAP.
5. MATERI WEBSITE SIDIK JARI TERLENGKAP DAN TRANSPARAN.
6. JELAS ALAMAT DAN TOKOH PENGEMBANGNYA (DI INDONESIA MAUPUN KANTOR INDUKNYA DI SINGAPURA).
7. LEBIH LENGKAP, OBYEKTIF, CEPAT DAN AKURAT .

TUJUH CARA IKUT TES BAKAT SIDIK JARI DMI :
1. Membayar uang tes secara tunai Rp 1.000.000,- (di luar jakarta) atau Rp 1.500.000,- (di Jakarta) perorang (harga bisa berubah-ubah setiap waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu)
2. Mengisi data identitas diri (nama dan alamat)
3. Kedua belah telapak tangan (kanan dan kiri) diberi titik ATD
4. Diambil foto wajah
5. Kesepuluh sidik jari tangan (kanan dan kiri) dipindai dengan scaner
6. Menunggu buku hasil tes selama dua minggu (untuk di Yogyakarta bisa lebih cepat)
7. Mendapatkan penjelasan dan konsultasi psikologi yang sangat dibutuhkan dan sangat besar manfaatnya
1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan kami menyimpulkan bahwa, disadari dalam pengunaan tes inteligensi masih memiliki banyak kekurangan seperti yang telah diungkapkan oleh para ahli dimana tes inteligensi masin bersifat seperti tes umum karena belum dapat merangkul keseluruhan aspek inteligensi. Namun pengunaan tes inteligensi dewasa ini disesuaikan dengan permintaan pengaju tes, seperti pada perekrutan tenaga kerja baik pada perusahaan dan instansi instansi. Dimana dalam tes inteligensi disesuaikan dengan aspek yang ingin diukur agar dalam perekrutan tenaga kerja tersebut didapati tenaga kerja yang handal sesuai dengan aspek yang diingainkan oleh perusahaan dan mampu bekerja dengan lebih baik lagi. Demikianlah pengunaaan tes inteligensi pada kalangan umum. Adapun manfaat tes inteligensi dilingkup sekolah yakni bagi guru Bimbingan dan Konseling adalah sebagai berikut:
1. Sekolah, tes intelegensi dapat digunakan untuk menyaring calon siswa yang akan diterima atau untuk menempatkan siswa pada jurusan tertentu, dan juga mengidentifikasi siswa yang memiliki IQ di atas normal.
2. Guru, tes intelegensi dapat digunakan untuk mendiagnosa kesukaran pelajaran dan mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan setara.
3. Konselor, tes intelegensi dapat digunakan untuk membuat diagnosa siswa, untuk memprediksi hasil siswa dimasa yang akan datang, dan juga sebagai media untuk mengawali proses konseling.
4. Siswa, tes intelegensi dapat digunakan untuk mengenali dan memahami dirinya sendiri dengan lebih baik, dan mengetahui kemampuannya.
5. Menganalisis berbagai masalah yang dialami murid
6. Membantu memahami sebab terjadinya masalah
7. Membantu memahami murid yang mempunyai kemampuan yang tinggi juga yang rendah
Secara umum, tes intelegensi dapat digunakan sebagai bahan diagnosa. Hasil tes belum tentuperlu disampaikan dalam proses konseling, tetapi konselor maupun konseli memerlukan gambaran yang menyeluruh dari diri seorang konseli. Dengan menggunakan hasil tes intelegensi, konselor dapat melakukan diagnosa terkait perkembangan konseli selama dan setelah proses konseling berlangsung. Selain itu, hasil tes intelegensi dapat digunakan sebagai data penunjang. Jika tes yang digunakan tidak hanya tes atau tes intelegensi, maka hasil tes intelegensi dapat digunakan untuk menunjang data yang telah diperoleh dan diperlukan dalam kegiatan konseling.

Daftar pustaka

INTELEGENSI


http://hartonobaya.blogspot.com/2012/11/tes-intelegensi.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2180724-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-terhadap/
http://konsultasi.dmiprimagama.com/news/2012/01/22/ANALISA-TALENTA-DETEKSI-BAKAT-FINGERPRINT-TEST-(-TES-SIDIK-JARI-DMI-PRIMAGAMA).html

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment